Pages

Senin, 22 Agustus 2016

Pokémon GO 0.33.0

Xx | Update Terakhir : 10 Agustus 2016

pokemon
xXx – Pokemon GO adalah permainan yang menggabungkan dunia nyata dengan Augmented Reality dengan misi mencari sejumlah pocket monster yang tersebar dibeberapa titik dengan bantuan GPS smartphone.

Pokemon yang populer di era 90-an oleh Nintendo kini kembali buming. Hal ini dipicu dengan adanya Game Pokémon GO yang baru baru ini digandrungi oleh penggila game. Game yang terkait dengan penggunaan GPS Geo-Tagging ini merupakan permainan yang dilakukan dengan berjalan-jalan di dunia nyata untuk menangkap Pokemon.
Layaknya game AR Ingress yang juga dikembangkan oleh Niantic Labs, Game android ini mendorong para pemainnya untuk aktif bergerak dan menjelajah lingkungan sekitar mereka demi berburu aneka ragam Pokémon yang ada di luar sana.
Setiap monster yang kamu temukan juga diacak di sejumlah lokasi sehingga terkadang tak bisa diprediksi kemunculannya. Games ini menyediakan opsi Nearby Pokémon untuk melihat jenis monster apa saja yang ada di sekitarmu.
Saat kamu menjumpai seekor monster, game ini menyediakan semacam mini-game lempar Pokéball yang memanfaatkan interaksi kamera AR. Cara menangkapnya sendiri cukuplah mudah, yang harus kamu lakukan yaitu menahan jarimu di atas Pokéball untuk menentukan kekuatan lemparanmu dan melontarkannya ke arah sang Pokémon.
Tempat-tempat yang dipilih merupakan lokasi yang sering didatangi masyarakat. Biasanya, disekitar Tempat ibadah, museum, situs sejarah, atau tempat dengan desain arsitektur yang unik.

LisensiFreeware
DeveloperNiantic Inc
Sistem OperasiAndroid 4.4 (Kitkat) atau lebih tinggi

Download Pokemon GO apk untuk Android Gratis Terbaru dengan mengklik tombol diatas

Mozilla Firefox 48.0.1

xXx | Update Terakhir : 19 Agustus 2016

firefox
xXx – Mozilla Firefox adalah Browser yang cepat dengan fitur lengkap untuk Windows, yang membuat browsing lebih efisien dibandingkan sebelumnya.

Firefox termasuk pop up, sebuah tab browsing yang memungkinkan Anda membuka beberapa halaman dalam satu jendela.
Kelebihan Mozilla Firefox :
1.Live Bookmarks – RSS integrasi memungkinkan Anda membaca berita terbaru dan membaca update situs favorit yang disindikasikan.
2.Extensions – add-ons yang menambahkan fungsi baru untuk program Mozilla Anda.
3.Tema – Anda dapat mengubah Tampilan dengan grafis baru dan warna.
4.Privasi dan Keamanan – Firefox menjaga komputer Anda aman dari spyware berbahaya dengan memblokir ActiveX.
5.Plugin – Program tambahan yang menyediakan konten pelengkap yang lebih menarik.
6.Dilengkapi dengan alat pengembang termasuk JavaScript dan error CSS / peringatan konsol, dan Inspektur Dokumen opsional yang memberikan informasi rinci tentang halaman yang dibuka.
7.Terintegrasi Bahasa Indonesia
Untuk menjalankan Private Browsing, kamu dapat menggunakan melalui tombol Firefox dan memilih menu New Private Window.Setiap menggunakan mode Private Browsing tombol Firefox akan berganti warna menjadi ungu. Keuntungan menggunakan Private Browsing yaitu semua kegiatan baik history dan cache tidak akan tersimpan, namun sebaliknya jika anda membuat bookmark baru maka akan segera tersimpan.

LisensiFreeware
DeveloperMozilla Corp
Sistem OperasiWindows XP/Vista/7/8/10

Smadav 2016 Rev.10.9

DownloadIMF | Update Terakhir : 28 Juli 2016

smadav
 – Smadav adalah Antivirus asli buatan Indonesia untuk membersihkan dan melindungi Laptop dan komputer dari virus lokal maupun internasional. Untuk saat ini, Aplikasi ini merupakan Antivirus Lokal yang terbaik.

Sebagian besar antivirus tidak bisa di install bersama antivirus lainnya, itu karena antivirus tersebut didesain untuk proteksi utama pada komputer Anda. Berbeda dengan Smadav, Program ini merupakan tipe antivirus yang di desain sebagai proteksi tambahan, sehingga 100% kompatibel dan dapat berjalan dengan baik walaupun sudah ada antivirus lain di komputer Anda, dalam hal ini aplikasi ini berfungsi sebagai lapisan pertahanan kedua. Karena penggunaan resourcenya yang sangat kecil, Sehingga tidak akan menambah berat kinerja komputer/laptop dalam penggunaannya. Jadi, dengan perpaduan proteksi antara Smadav dan antivirus yang sudah terinstall di PC akan semakin memperkuat pertahanan komputer terhadap infeksi virus.
Juga mempunyai teknologi khusus untuk pencegahan virus yng menyebar via USB Flashdisk.kemampuan khusus tuk mendeteksi virus baru di flashdisk walaupun belum ada di database. tak hanya pencegahan, Antivirus ini juga mampu membersihkan virus yang menginfeksi dan mengembalikan file yng disembunyikan oleh virus di USB Flashdisk tersebut.
Didalam Smadav versi terbaru ini ada beberapa tambahan seperti :
– Perbaikan gagal install pada Windows XP, Penyempurnaan fitur startup Smadav, Perbaikan kesalahan deteksi pada beberapa file/program, dan penyempurnaan lainnya.
– Perbaikan bug (kesalahan program) yang memunculkan dua tray icon (ikon pojok kanan bawah), Dapat di-install untuk semua pengguna (user) di Windows baik user standard maupun admin.
– Scan flashdisk lebih cepat daripada versi sebelumnya, dan Anti-Ransomware sebagai pencegahan/pembersihan dari virus penyandera data (Locky, Teslacrypt, dll.)
– Penambahan database 700 virus baru, Pilihan Scan Total dan Scan Cepat, Penambahan Digital Signature agar instalasi lebih mudah dan aman.
– Penambahan fitur otomatis mengembalikan file tersembunyi di flashdisk, dan perbaikan beberapa kesalahan program vital.
– Penyempurnaan proteksi USB dan Browser serta penyempurnaan untuk penggunaan di Windows 10.
– Pembersihan virus Bundpil (yang membuat folder tanpa nama pada flashdisk Anda)
– Support fitur keamanan saat browsing Internet, Pembersihan virus Facebook Share, VBS-Houdini, BundpilAutoit, dll.

LisensiFreeware
DeveloperSmadav
Sistem OperasiWindows XP/Vista/7/8/10
DOWNLOAD.IMF

Selasa, 23 Juni 2015

Sebuah sisi gelap Budhisme di Sri Lanka: Sejauh mana agama akan mendamaikan manusia?

he principle of non-violence is central to Buddhist teachings, but in Sri Lanka some Buddhist monks are being accused of stirring up hostility towards other faiths and ethnic minorities. Their hard line is causing increasing concern.

The small temple in the suburbs of Colombo is quiet. An image of the Buddha is surrounded with purple and white lotus flowers. Smaller Buddhas line the walls.
But upstairs, a burly monk in a bright orange robe holds forth - for this is one of the main offices of a hard-line Buddhist organisation, the Bodu Bala Sena or Buddhist Power Force (BBS).
The peaceful precepts for which Buddhism is widely known barely figure in his words. Instead, the monk, Galagoda Aththe Gnanasara Thero, talks of his Buddhism in terms of race. Most Buddhists here are ethnically Sinhalese, and Sinhalese make up three-quarters of the island's population.
"This country belongs to the Sinhalese, and it is the Sinhalese who built up its civilisation, culture and settlements. The white people created all the problems," says Gnanasara Thero angrily.
He says the country was destroyed by the British colonialists, and its current problems are also the work of what he calls "outsiders". By that he means Tamils and Muslims.
In fact, while a minority of the Tamils did indeed come from India as tea plantation workers, most of them, and most of the Muslims, are as Sri Lankan as the Sinhalese, with centuries-old roots here.
"We are trying to... go back to the country of the Sinhalese," says Gnanasara Thero. "Until we correct this, we are going to fight."
null
Galagoda Aththe Gnanasara Thero. Photo: AFP
This firebrand strain of Buddhism is not new to Sri Lanka. A key Buddhist revivalist figure of the early 20th Century, Anagarika Dharmapala, was less than complimentary about non-Sinhalese people. He held that the "Aryan Sinhalese" had made the island into Paradise which was then destroyed by Christianity and polytheism. He targeted Muslims saying they had "by Shylockian methods" thrived at the expense of the "sons of the soil".
And later, in 1959 Prime Minister SWRD Bandaranaike was assassinated by a Buddhist monk - the circumstances were murky but one contentious issue was the government's failure to do enough to ensure the rights of the Sinhala people.
The long war against the Tamil Tigers - a violent rebel group purporting to speak for the Tamil minority - brought the hard-line Buddhists into their own once more. Portraying the war as a mission to protect the Sinhalese and Buddhism, in 2004 nine monks were elected to parliament on a nationalist platform. And it was from the monks' main party that Gnanasara Thero later broke away, in time forming the BBS. It is now the most prominent of several organisations sharing a similar ideology.
Since 2012, the BBS has embraced direct action, following the example of other like-minded groups. It raided Muslim-owned slaughter-houses claiming, incorrectly, that they were breaking the law. Members demonstrated outside a law college alleging, again incorrectly, that exam results were being distorted in favour of Muslims.
Now that a Tamil adversary has been defeated, Muslims seem to be these nationalists' main target, along with evangelical Christians whom they accuse of deceitfully and cunningly converting people away from Buddhism.
But can the BBS be called violent? "Whenever there is something wrong done by a Buddhist monk everything [is blamed on] us because of our popularity," says BBS spokesman Dilantha Withanage.
"BBS is not a terror organisation, BBS is not promoting violence against anyone... but we are against certain things." He cites threats by Islamic State to declare the whole of Asia a Muslim realm.
Time and again he and his colleague bracket the word "Muslim" together with the word "extremist".
null
"BBS is not promoting violence against anyone" - Dilantha Withanage
They are not the only Sinhalese who express discomfort at a visible rise in Muslim social conservatism in Sri Lanka. More women are covering up than before and in parts of the country Saudi-influenced Wahabi Muslims are jostling with more liberal ones.
Yet there is no evidence of violent extremism among Sri Lankan Muslims. Rather, they have been at the receiving end of attacks from other parts of society.
In the small town of Aluthgama last June, three people died in clashes that started when the BBS and other Buddhist monks led an anti-Muslim rally in a Muslim area. At the time, I met Muslim families whose homes and shops had been burnt and utterly destroyed, and who were cowering in schools as temporary refugees.
Moderate Buddhists have also been targeted by hard-line ones.
Last year Rev Wathareka Vijitha Thero was abducted, rendered unconscious, tied up and forcibly circumcised - he says this was meant as a gesture of ridicule because he had worked for closer cooperation between Buddhists and Muslims.
He believes Buddhist monks - he doesn't know who or whether they were aligned with any particular group - were responsible.
In a separate case, a few weeks earlier, Vijitha Thero had held a news conference to highlight the grievances of the Muslim community - the gathering was broken up by the BBS. Gnanasara had hurled insults and threatened him: "If you are involved in this type of stupid treachery again, you will be taken and put in the Mahaweli River," he said.
The reference to the Mahaweli is significant - there was a left wing insurrection against the Sri Lankan government in 1989 - it's estimated 60,000 people disappeared and many dead bodies were dumped in the river.
Another country where fierce Buddhism has recently made headlines is Myanmar, formerly known as Burma. A Buddhist faction there, the 969 movement, is known for strident anti-Muslim campaigns that have triggered widespread violence.
null
Shin Wirathu (centre) arrives with Gnanasara Thero (left) for the Buddhist Power Force convention in Colombo in 2014. Photo: AFP
Its leader, Shin Wirathu, was recently invited to Sri Lanka by the BBS. Both organisations say that even if Buddhism predominates in their own countries, overall it is under threat. "We want to protect it, therefore we signed a memorandum of understanding on forming alliances in the Asian region," says Withanage.
In January, Sri Lanka unexpectedly elected a new president, Maithripala Sirisena. He told me that "everybody knows" who gave rise to the BBS - implying that it was the administration of his predecessor, Mahinda Rajapaksa. The previous government was, at least, strongly supportive of the organisation.
And the group thrived because the rule of law had broken down, according to the new minister for Buddhist affairs, Karu Jayasuriya. He has told me that the BBS will be reined in. On Tuesday, Gnanasara Thero was arrested for taking part in an unauthorised demonstration but later freed on bail. Thus far, the new government - which, like the old one, includes a strongly Buddhist nationalist party - seems timid about taking on the men in orange.
null

More from the Magazine

null
Of all the moral precepts instilled in Buddhist monks the promise not to kill comes first, and the principle of non-violence is arguably more central to Buddhism than any other major religion. So why have monks been using hate speech against Muslims and joining mobs that have left dozens dead?

PIYADISI

Piyadasi
Di pilar batu karang setinggi 15 meter itu terpahat 14 titah yang tak mati-mati. Diukir pada abad ke-2 Sebelum Masehi, sabda itu datang dari Pyadasi, atau Devanampiyadasi, raja yang membawahkan wilayah yang kini jadi bagian utama India.
Hampir semua barisnya mempesona, tapi yang terasa menggugah adalah titah yang ke-7:
"Baginda Devanampiyadasi berkehendak semua agama ada di mana saja, sebab semua menghendaki pengendalian diri dan kemurnian hati..."
Kemudian diketahui sebutan lain Devanampiyadasi adalah Asoka -- nama yang kini praktis terkait dengan "perdamaian", penanda yang mengacu kepada tauladan Budhisme. Kita kagum, karena titah itu dari seorang raja yang justru meyakini agamanya sendiri.
"Baginda Devanampiyadasi menghormati para pertapa dan pemangku rumah tangga dari semua agama, dan ia menghormati mereka dengan berbagai anugerah dan kehormatan. Tapi Baginda tak menghargai anugerah dan kehormatan sebagaimana ia menghargai ini: ketika orang menumbuhkan apa yang hakiki dalam agama. Orang menumbuhkannya dengan cara yang berbeda-beda, namun semuanya berakar pada pengendalian diri dalam bicara, baik ketika memuji-muji agama sendiri, atau pun ketika mengecam agama orang lain....Siapa pun yang memuji agamanya sendiri, karena kebaktiannya yang sungguh-sungguh, dan mengecam agama lain dengan niat "Biar kuagungkan agamaku sendiri", hanya akan melukai agama sendiri... Orang harus mendengarkan dan menghargai keyakinan yang dipeluk orang lain. Baginda Piyadasi ingin agar semua orang belajar bersungguh-sungguh ajaran yang baik dalam agama lain."
Dibaca di hari-hari ini, ketika kecurigaan antar agama jadi kebencian, saya tak tahu bisakah keinginan raja yang baik hati itu bertahan.
Titah Asoka pernah tenggelam selama 700 tahun, sampai pada 1915, setelah para arkeolog menemukan sebuah pilar yang tersisa yang menyebut namanya. Kemudian Republik India mengadopsi lambang perdamaian Asoka yang Budhis itu ke desain bendera nasional, meskipun mayoritas penduduk beragama Hindu. Tentu karena maknanya melintasi batas apapun. Dari Tibet, dan di pengasingannya, Dalai Lama mengutarakan pesan yang sejajar dengan titah perdamaian di pilar karang itu.
Tapi jangan-jangan tak ada efek besar yang terjadi. Jangan-jangan pesan Pyadasi sederet klise yang mudah disingkirkan. Di awal ke-21, persisnya 30 Mei yang lalu, BBC menyiarkan sebuah reportase tentang Budhisme yang berbeda -- yang keras dan kelam.
Di sebuah kuil kecil di bagian pinggir kota Kolombo, Sri Lanka, kita dipertemukan dengan Galagoda Aththe Gnanasara Thero. Di atas jubah warna merah menyala itu kita bertatapan dengan wajah yang angker. Kita segera tahu rahib ini bukan titisan Asoka.
Asoka mengirim pesannya ke seluruh penjuru, dengan bahasa Brahmi maupun Yunani dan Aramaik, dengan kepercayaan bahwa ada yang akan mempersatukan manusia dalam perbedaan yang besar. Sebaliknya Gnanasara Thero. Ia bersiteguh: Budhisme-nya adalah nasionalisme dengan dasar ethnis.
Ia orang Sinhala yang merasa jadi "pribumi" Sri Lanka. Baginya, negerinya sedang dihancurkan "orang luar" -- artinya orang Tamil dan orang Muslim.
"Kami mencoba...kembali ke negeri bangsa Sinhala," kata Gnanasara Thero. "Kita akan siap berkelahi, sampai itu tercapai".
Ia pun membentuk BBS, Bodu Bala Sena, organisasi yang sejak 2012 aktif ke jalan-jalan. BBS menyerbu tempat orang Muslim menyembelih hewan, atau bahkan mendemo sebuah fakultas hukum karena dianggap hasil ujian telah dipelintir untuk mengutamakan mahasiswa Muslim.
Tak hanya itu. Wartawan BBC, Charles Haviland, berkunjung ke kota kecil Aluthgama. Juni 2014, tiga orang tewas setelah Bodu Bala Sena menyelenggarakan rapat anti-Muslim di kota itu. Haviland bertemu dengan keluarga Muslim yang rumahnya habis dibakar dan tinggal di gedung sekolah sebagai pengungsi.
Muslim adalah asing, kata Gnanasara, sambil melupakan bahwa orang Muslim telah berabad-abad berakar di negeri itu.
Tapi BBS juga melakukan kekerasan terhadap orang seagama yang tak sependapat. Vijitha Thero, seorang pendeta Budha, diculik karena ia menentang aksi-aksi anti-minoritas. Ia dibikin tak sadar dan disunat secara paksa. Ketika pendeta itu mengungkapkan keluhan masyarakat Muslim dalam sebuah konferensi pers, para anggota BBS menyerbu. Gnanasara mengancamnya: "Jika kau terlibat lagi dengan perbuatan khianat yang bodoh, kau akan diambil dan dibuang ke Sungai Mahaweli".
Dan orang pun bergidik: di sungai itu, pada 1989, puluhan mayat terapung-apung setelah 60 ribu oposan pemerintah musnah.
Tampaknya di tiap agama kita ketemu Gnanasara, tokoh yang beriman -- dengan iman sebagai dasar pembersihan dan penaklukan.
Asoka sendiri bermula sebagai penguasa yang bengis. Seorang pengelana dari Tiongkok, Yuan Chwang, mencatat di kerajaan India itu ada sebuah penjara yang disebut "Neraka Asoka". Tapi raja ini punya nasib dan pekerti yang lain. Suatu hari ia menyaksikan seorang suci yang dihukum di dalam air mendidih dan menerima nasibnya dengan tenang. Pada waktu itu pula pasukan kerajaan membantai suku Kalinga habis-habisan. Kekejaman itu akhirnya kesia-siaan dan penaklukan itu kekosongan -- dan sejak itu Asoka berubah.
Ia menemukan apa yang tenggelam di bawah tahta dan nafsu berkuasa: sifat sakral dunia sehari-hari. Yang sakral hadir ketika kita merenung, peka dan bertanya, "berpikir bukan dalam arti menghitung-hitung", kata Julia Kristeva ketika ia membahas "yang sakral", bukan dalam niat menaklukkan makhluk yang lain. Dan ketika yang sakral kembali, hidup pun dengan bersahaja disyukuri.

Perang Boshin

Perang Boshin (戊辰戦争 Boshin sensō?, Perang Tahun Naga)[2] adalah perang saudara di Jepang dari tahun 1868 hingga1869 antara Keshogunan Tokugawa dan faksi yang ingin mengembalikan kekuasaan politik ke tangan kekaisaran. Perang berawal dari rasa tidak puas kalangan bangsawan dan samurai muda usia atas lunaknya kebijakan keshogunan terhadap orang asing. Aliansi samurai dari Jepang bagian selatan (Domain Choshu dan Satsuma) dan pejabat istana berhasil mengamankan istana kaisar dan memengaruhi Kaisar Meiji yang waktu itu masih belia. Shogun berkuasa, Tokugawa Yoshinobu menyadari posisinya yang lemah, dan menyerahkan kekuasaan politik ke tangan kaisar. Dengan demikian, Yoshinobu berharap kelangsungan klan Tokugawa dapat dipertahankan, dan berharap kelak bisa kembali ke pemerintahan. Pergerakan militer tentara kekaisaran membuat shogun Yoshinobu merasa terdesak. Ditambah kerusuhan yang dibuat simpatisan kekaisaran di Edo, serta perintah kaisar yang dipengaruhi faksi Domain Satsuma dan Choshu untuk membubarkan klan Tokugawa, operasi militer dilancarkan keshogunan untuk merebut istana kaisar di Kyoto. Pasukan faksi kekaisaran jauh lebih unggul dari pasukan keshogunan. Walaupun jumlahnya lebih sedikit, pasukan kekaisaran relatif modern. Setelah kalah dalam serangkaian pertempuran yang berakhir dengan jatuhnya Edo, Yoshinobu secara pribadi menyerah. Pasukan yang loyal kepada Tokugawa mundur ke bagian utara Pulau Honshu sebelum menyeberang keHokkaido dan membentuk Republik Ezo. Pendukung Tokugawa kehilangan benteng terakhir mereka setelah kalah dalamPertempuran Hakodate. Kekuasaan atas seluruh Jepang kembali di tangan pihak kekaisaran, dan sekaligus menandai berakhirnya fase militer Restorasi Meiji.
Sekitar 12.000 orang terlibat dalam perang, dan 3.500 di antaranya tewas.[1] Faksi kekaisaran yang menang memutuskan untuk tidak mengusir orang asing dari Jepang, melainkan mengadopsi kebijakan modernisasi dengan tujuan akhir negosiasi ulang Perjanjian Tidak Adil dengan pihak Barat. Berkat kegigihan Saigō Takamori yang memimpin faksi kekaisaran, pendukung Tokugawa diberi grasi, dan sejumlah mantan pemimpin keshogunan diberi jabatan baru dalam pemerintahan baru.
Perang Boshin menjadi bukti kemajuan modernisasi Jepang yang ketika itu baru saja selama 14 tahun membuka diri terhadap orang Barat. Keterlibatan pihak Barat, khususnya Britania Raya dan Perancis sangat memengaruhi situasi politik dalam negeri. Di kemudian hari, perang ini sering didramatisasi, termasuk film produksi Amerika The Last Samurai.

Jumat, 12 Juni 2015

Sejarah dunia



Sejarah dunia adalah sejarah umat manusia di seluruh dunia, di semua daerah di Bumi, dirunut dari era Paleolitikum (zaman batu tua). Berbeda dengan sejarah Bumi (yang mencakup sejarah geologis Bumi dan era sebelum keberadaan manusia), sejarah dunia terdiri dari kajian rekam arkeologi dan catatan tertulis, dari zaman kuno hingga saat ini. Pencatatan sejarah dimulai sejak aksara dan sistem tulisan diciptakan, tetapi asal mula peradaban bertolak dari periode sebelum penciptaan tulisan, atau zaman prasejarah.[1][2]Prasejarah dimulai dari Paleolitikum (zaman batu tua), diikuti dengan Neolitikum (zaman batu muda) dan Revolusi Pertanian (antara 8000–5000 SM) di kawasan Hilal Subur. Revolusi tersebut merupakan titik perubahan besar dalam sejarah umat manusia karena sejak masa itu mereka telah mampu membudidayakan tumbuhan dan hewan.[3] Seiring dengan perkembangan pertanian, gaya hidupnomad berubah menjadi gaya hidup menetap sebagai petani.[a] Kemajuan pertanian mengakibatkan pembagian strata pekerja dalam usaha panen. Strata pekerja menyebabkan munculnya strata masyarakat dan perkembangan kota-kota. Banyak kota kuno berkembang di tepi-tepi kumpulan air (danau dan sungai) yang dapat menyokong kehidupan. Pada masa 3000 tahun sebelum Masehi, telah muncul peradaban di lembah Mesopotamia (dataran di antara sungai Tigris dan Efrat) di Timur Tengah,[4] di tepi Sungai NilMesir,[5][6][7] dan di lembah Sungai Indus.[8][9][10] Selain itu, peradaban juga muncul di lembah Sungai Kuning. Di tempat-tempat perkembangan peradaban kuno, pertumbuhan masyarakat yang semakin kompleks menyebabkan penciptaan aksara untuk mempermudah usaha administrasi dan niaga.[11]
Sejarah Dunia Lama (khususnya Eropa dan Mediterania) umumnya terbagi menjadi Abad Kuno, yang terhitung dari zaman sebelum476 MasehiAbad Pertengahan,[12][13] dari abad ke-5 hingga abad ke-15, meliputi Zaman Kejayaan Islam (sekitar 750 M hingga sekitar 1258 M) dan Zaman Renaisans Eropa Awal (bermula sekitar 1300 M);[14][15] Abad Modern Awal,[16] dari abad ke-15 sampai akhir abad ke-18, mencakup Abad Pencerahan; dan Abad Modern Akhir, dari masa Revolusi Industri hingga sekarang, termasuk sejarah kontemporer. Dalam sejarah Eropa Barat, "Kejatuhan Roma" tahun 476 M umumnya dipandang sebagai penanda akhir Zaman Kuno dan permulaan Abad Pertengahan. Sebaliknya, di Eropa Timur terjadi transisi dari Kekaisaran Romawi menjadi Kekaisaran Bizantium, yang tidak runtuh sampai berabad-abad kemudian. Pada pertengahan abad ke-15, teknik cetak modern yang ditemukanJohannes Gutenberg merevolusi metode komunikasi,[17] dan berperan dalam mengakhiri Abad Pertengahan serta menjadi perintis dalam Revolusi Ilmiah.[18] Pada abad ke-18, akumulasi pengetahuan dan teknologi—khususnya di Eropa—telah mencapai massa genting yang menuju kepada Revolusi Industri.[19]
Di tempat lain, meliputi Timur Dekat Kuno,[20][21] Tiongkok Kuno,[22] dan India Kuno, terjadi rentang sejarah berbeda-beda. Pada abad ke-18, karena perdagangan internasionaldan kolonisasi yang ekstensif, sejarah berbagai peradaban menjadi terjalin secara signifikan (lihat: globalisasi). Dalam waktu sekitar seperempat milenium, angka pertumbuhan jumlah penduduk, pengetahuan, teknologi, perekonomian, tingkat kerugian senjata, dan kerusakan lingkungan meningkat drastis, mendatangkan risiko bagi kelayakhunian Bumi.